Diskusi Presiden Dengan 23 Rektor Perguruan Tinggi

Presiden Makan Siang dengan 23 Rektor Perguruan Tinggi


Presiden Makan Siang dengan 23 Rektor Perguruan Tinggi

Presiden joko Widodo mengundang berbagai lapisan masyarakat, Sebelumnya, Presiden Jokowi telah mengundang tukang ojek, pedagang dan para dekan Fakultas Ekonomi dari sejumlah universitas untuk makan siang bersama di Istana, tetapi kali ini presiden mengundang para rektor yang bertemu Presiden Joko Widodo  mendiskusikan mengenai perkembangan, dinamika terakhir ekonomi, politik Indonesia dan meminta masukan dari 23 rektor perguruan tinggi yang hadir dalam acara makan siang bersama di Istana Negara, Jakarta, Kamis (10/9/2015) siang. Para rektor menyampaikan sejumlah hal terkait isu pendidikan.  

Usulan para rektor soal penyalurkan anggaran untuk program beasiswa Bidik Misi bagi mahasiswa miskin hingga persoalan regulasi riset. Hal tersebut disampaikan para rektor agar fokus pemerintah tidak melupakan sektor pendidikan tinggi meski kini tengah disibukkan dengan sejumlah program infrastruktur. 

Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri se-Indonesia Herry Suharyanto Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) usai pertemuan, mengatakan bahwa :Alokasi bantuan pendidikan Bidik Misi, untuk mahasiswa miskin, bisa dipertahankan dan terus ditingkatkan. Jangan sampai untuk kebutuhan infrastruktur, alokasi bidikmisi jadi dikurangi, saat ini usulan peningkatan jumlah peserta Bidik Misi sudah disetujui. 

Pada tahun sebelumnya, peserta Bidik Misi hanya sebanyak 50.000 peserta dan tahun ini menjadi 60.000 peserta.Dari dialog dengan Presiden Jokowi, Presiden pun sepakat untuk tetap menjalankan program itu. Selain itu, para rektor juga menyampaikan sejumlah peraturan yang mengungkung perguruan tinggi negeri (PTN).

"Kita diskusi panjang terkait aturan-aturan seperti yang beliau sampaikan ada 1.000 persoalan dan satu per satu ditangani. Kami sampaikan dalam perspektif kami bahwa hal tersebut belum ditangani dengan baik," ujar Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suharyanto menyatakan dalam kesempatan tersebut. Herry menyatakan bahwa dalam penerapan aturan tersebut meminta bagaimana kalau kampus-kampus tersebut diberi fasilitas.

"Kalau perguruan tinggi diberikan keleluasaan, otonomi Perguruan Tinggi, insyaallah jika kampus dibuat target kinerja jelas, dengan anggaran dan support yang tidak perlu berlebihan, kampus-kampus akan mampu selenggarakan pengambilan keputusan," tambah Pratikno. Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suharyanto menyatakan bahwa, Presiden juga menyampaikan agar masyarakat untuk tetap tenang menghadapi pergolakan ekonomi Indonesia saat ini, karena kepanikan hanya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional. 

Sedangkan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati menyampaikan, saat ini universitas terkendala dengan segudang regulasi yang harus dipenuhi untuk melakukan riset. Kalau tidak dipenuhi, bisa masuk penjara. Padahal riset itu tidak sekali jadi, satu yang berhasil biasanya hasil riset beratus-ratus kali. Padahal inovasi ada di perguruan tinggi. Dia menyampaikan, para rektor pemerintah bisa melakukan deregulasi juga untuk bidang pendidikan tinggi. Sehingga, setiap perguruan tinggi bisa berinovasi lebih banyak dengan aturan yang tak berbelit-belit.

Kalau kerja sama gitu kan gak untung, tapi bisa ada kompensasi pengurangan tax (pajak), sehingga produk dalam negeri bisa cepat bersaing. Menanggapi hal tersebut, Dwikorita mengatakan bahwa respon yang diberikan oleh Presiden Jokowi sangat positif karena presiden akan berupaya untuk memfasilitasi itu. Ini semua tergantung kebijakan pemerintah. Supaya kita itu tidak lagi impor, tetapi kita bisa export. Jadi kita akan dapat mengekspor produk kita ke Myanmar (pendeteksi bencana), Vietnam juga minta. Jadi kalau ada kejadian lain, kita bisa bantu secara intelektual, tidak hanya membantu dengan membagikan mie instan, kata Dwikorita.

Untuk meningkatkan daya saing Indonesia, Dwikora mengatakan bahwa pihaknya sudah mampu membuar bahan bakar alternatif bio-fuel dari algae, namun harga jualnya masih lebih mahal daripada bensin, tidak kompetitif. Kalau ada subsidi atau bantuan, harga menjadi kompetitif. Dulu bensin disubsidi sehingga bisa murah karena ada subsidi, produk kami Rp.10 ribu per liter sedangkan harga bensin Rp.6500 per liter, kata Dwikora.

Selain itu, Presiden juga mendiskusikan hal-hal terkait penyerapan anggaran karena ada banyak masalah yang perlu dicarikan solusi agar ketakutan yang akan ganggu serapan anggaran, yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Adapun rektor-rektor yang diundang dalam acara tersebut antara lain Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dede Rosyada, Rektor UGM Dwikorita Karnawat, Rektor Universitas Padjajaran (UNPAD) Tri Hanggono Achmad, Rektor IPB yang juga Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Herry Suhardiyanto, Rektor ITB Kadarsa Suryadi, Rektor Universitas Diponegoro Yos Johan Utama dan Rektor Universitas Brawijaya Mohammad Bisri.



Labels: