Tentang
tulisan Imam Shamsi Ali pada akun media sosialnya (03/10/2015) yang membuat fadli zon tergangu, fadli zon
menghubungi Imam Shamsi Ali meminta
untuk dapat meralat tulisan pada
akun media sosialnya, inilah permintaan fadli zon kepada iman shamsi ali :
Semalam
saya dapat permintaan dari Fadhli Zon untuk saya meralat pernyataan saya.
Berikut whussapannya;
“Ass.
Pak Shamsi Ali, apakah Bapak bisa meralat keterangan di FB? Soal kampanye
Trump? Soalnya ini berawal dari keterangan Bapak yg salah. Sehingga isu melebar
dan dimanfaatkan lawan politik. Apakah ini memang maksud Bapak. Klu sy, katakan
yg benar itu benar dan yg salah itu salah. Yg Bapak katakan kampanye Trump itu
salah. 3 menit itu salah. Soal Kongres reses itu salah krn kami di NY dlm
rangka IPU. Tlg klarifikasi demi kebaikan bersama. Apakah benar Bapak Imam di
Masjid New York? Setahu saya masjid yg dibangun Indonesia dan sdh tdk lagi.
Terima kasih.”
Jawaban
saya kirimkan sebagai berikut:
Alaikumussalam...Nampaknya
pak Fadhli mempertanyakan posisi saya sekarang ya? Apakah Imam atau bukan
maksudnya? Sekarang saya memimpin masjid dg komunitas terbesar di NYC pak.
Kalau masjid Indonesia memang dikenal Imam, dalam arti pemimpin komunitas.
Bukan Imam sholat seperti yang dikenal di Indonesia. Mungkin Bapak bisa
bertanya ke Kementerian luar negeri Amerika tentang saya. Insya Allah mereka
akan berikan jawabannya.
Bapak
meminta saya meralat pernyataan saya di FB dan media sosial lainnya. Saya
kurang tahu mana yang salah. Yang saya ceritakan apa yang saya lihat. Dan itu
jelas di video.
1.
Tentang kampanye dan konferensi pers. saya kira siapapun yang melihat video itu
akan memahami dg jelas jika acara itu adalah bahagian dari kampamnye DT. Dengan
banners, bahkan Bapak sempat selfie dg wanita Amerika beserta banner dukungan
untuk DT. Kampanye itu kan bukan cuma orasi di lapangan. Tapi boleh juga di
acara konferensi pers seperti kemarin. Jadi
saya tidak salah kalau Ketua DPR dan rombongan memang hadir dalam acara
konferensi pers sebagai rangkaian kampanye DT. Ini tidak bisa dibohongi.
2.
Mengenai 3 menit itu juga ada di video. Terus terang, dengan melihat posisi
ketua DPR dan wakilnya serta rombongan lainnua, dan posisi DT sebagai peserta
konvensi salah satu partai, cara pengenalan dia kepada pendukungnya melecehkan.
Tapi saya memahami. Kadang bangsa kita ini ada perasaan inferior kepada orang
lain karena persepsi yang sudah terbangun kalau mereka hebat.
Maaf
saya lihat diperkenalkan dengan cara seolah-seolah memperkenalkan anak kecil.
Ditanya kayak anak SD dengan pertanyaan yang sangat tricky, dan jawaban pak
ketua salah total: yes highly. Dari mana kebenaran jawaban ini?
Setelah
itu seorang ketua DPR dan rombongannya ditinggalkan begitu saja seolah
kebingungan. Kalau DT menghormati akan diajak jalan hingga ke pintu dan melepas
dengan hormat. Maaf ini bukan seorang Setya dan Fadhli. Ini ketua DPR RI, sama
dengan speaker of the house of US.
Saya
tidak bisa bayangkan kalau John Boehner ke Indonesia lalu hadir di acara salah
seorang peserta konvensi partai Golkar atau Gerindra. Setelah dikenalin lalu
ditinggalin saja bersama khalayak ramai. Apa yang akan dikata oleh Amerika?
Ini
yang saya dan banyak lagi anggap sebagai perendahan martabat bangsa.
3.
Soal kehadiran ke konferensi IPU saya tahu. Itu sehari dan bukan masalah. Tapi
yang jadi masalah adalah acara lainnya yang tidak sesuai keperluan, malah
melanggar norma dan etika protokoler. Sekali lagi, sebagai seorang pejabat,
bertemu dengan seorang kandidat di musim kampanye bisa sensitif. Apalagi hadir
di acara yang memang di setting sebagai bagian dari acara kampanyenya? Bapak
mau saya meralat ini. Tapi anak SD saja tahu kalau ini memang bagian dari acara
kampanye, dan kehadiran Bapak dan pak ketua di sana salah.
4.
Saya tidak punya kepentingan politik apa-apa dalam hal ini. Kalaupun ada yang
memakai ini untuk kepentingan politiknya itu urusan mereka. Saya tidak ada
urusan. Dalam dunia keterbkaan memang susah menyembunyikan apapun. Video
kehadiran ketua dan wakil ketua di acara itu tersebar cepat. Tanpa saya juga
akhirnya orang tahu karena penyebaran informasi yg super cepat.
Saya
sudah katkaan kemarin jika saya ini seorang aktifis, dan punya rasa tanggung
jawab mengoreksi yang saya anggap salah. Bapak juga saya kira pernah seorang
aktifis dan biasa membela kebenaran. Saya juga berada di posisi itu. Dan saya
akan membela posisi saya karena tidak punya beban sama sekali.
Entah
apa yang menjadikan Bapak seolah mempertanyakan posisi saya sebagai Imam. Saya
ajak kembali jalan-jalan ke NYC dan keliling ke berbagai komunitas muslim dan
non Muslim biar tahu siapa dan apa yang saya lakukan. Saya bukan orang
sepenting pak Fadhli. Tapi cara bapak mempertanyakan posisi saya bermakna lain
dan cukup mengusik. Terima kasih.
Labels: Berita