Pelemahan Rupiah Bukan Urusan Pak Jokowi
Pelemahan
Rupiah Bukan Urusan Pak Jokowi. Kurs rupiah terus melemah terhadap dolar
Amerika Serikat. Namun menurut PDI-P hal semacam ini bukan urusan Presiden
Jokowi. Tanggung jawab untuk nilai tukar rupiah mestinya jadi milik BankIndonesia (BI). Partai banteng moncong putih juga menyiratkan, pentingnya evaluasi
kerja BI.
PDI
Perjuangan tidak setuju dengan anggapan bahwa pelemahan rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat merupakan kesalahan Presiden Joko Widodo. Namun,
untuk urusan melemahnya rupiah tersebut, Bank Indonesia (BI) ialah pihak yang
paling bertanggung jawab mengenai hal tersebut.
Hendrawan
Supratikno, Fraksi PDI-P di Komisi XI DPR. Merasa persoalan ini perlu untuk diluruskan. Ada
cerita menarik dari Pada saat anggota DPR lainnya dari PDI-P turun ke daerah,
meraka mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai terus merosotnya
nilai tukar rupiah ini.
Masyarakat
bertanya, “Bagaimana Pak Jokowi soal
pelemahan rupiah”. Pak Jokowi itu urusi fiscal. Kalau moneter dan
kurs itu kerjaan BI,“ jelas Hendrawan dalam jumpa pers Fraksi PDI-P di
Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/9).
Sepanjang
tahun ini, rupiah telah melemah lebih dari 18 persen bila dibandingkan kurs
awal tahun. Padahal, sepanjang 2014, mendesak pipmpinan DPR RI segera
melaksaakan pertemuan konsultasi dengan badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Nantinya,
pimpinan DPR bisa meminta BPK RI untuk mengevaluasi kinerja serta melakukan
pemeriksaan dengan tujuan khusus terhadap Bank Indonesia. Bukan
bermaksud tak percaya BI. Semua audit ini demi memperkuat kinerja pengelolaan sektor
moneter di Bank Indonesia. Kita mendorong ini sesuai aturan UU,” kata Hendrawan.
Ketua
Bidang Perekonomian DPP PDI-P tersebut mengatakan, sebagai lembaga yang
berstatus independen, BI-lah yang seharusnya betanggung jawab penuh menjaga
stabilitas rupiah, bukannya Pak Jokowi. Namun, sejauh ini dia melihat bahwa
kinerja BI tersebut belum maksimal.
Dalam
sejarah Indonesia sendiri, titik ketika rupiah paling lemah terhadap dollar
terjadi pada 17 Juni 1998. Ketika itu, satu dolar AS dihargai setara dengan Rp
16.650. Kini, meski rupiah menukik dari Rp 11.974 hingga ke kurs saat ini (Rp
14.715.50) tidak sedikit yang menyebut, ada perbedaan besar antara kondisi
Indonesia kala pelemahan rupiah yang terjadi pada 1998 dengan kondisi saat ini.
Ada Mafia Mempermainkan Rupiah
Selain
itu, Komite IV Dewan Perwakilan Daerah Ajriet Pandingdang, mencurigai
adanya mafia yang mempermainan nilai tukar rupiah. Pasalnya, rupiah terus
melemah jauh di bawah nilai fundamentalnya.
menurut
Ajriet, usai melakukan rapat kerja bersama OJK, di Gedung DPP, Jakarta, Selasa
(29/9). Saya melihat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, ada orang
yang main-main sebetulnya. Kecurigaan ini telah disampaikan ke Bank Indonesia
dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kendati demikian, BI dan OJK tidak memberikan
penjelasan terkai kecurigaannya secara rinci karena dilindungi oleh
undang-undang.
Kita
Tanya BI dan OJK. OJK tidak menjawab secara tegas, tapi secara implisit dia
mengakui memang ada yang bermain dibalik itu. Dengan BI pun seperti itu, tidak
mau mengungkapkan secara formal, karena memang itu dilindungi oleh UU juga.
Labels: Berita